“Selamat pagi, ya Tuhanku,” aku berseru kepada Tuhan seraya
mengetuk pintu dalam doa.
“Silakan masuk,” sambut Tuhan.
“Jadi kamu ingin mewawancari Aku?” lanjutNya.
“Kalau Tuhan ada waktu,” sahutku.
Sambil tersenyum Tuhan berkata:
“Abadilah waktu bagiKu. Maka Aku ada cukup waktu untuk
melakukan apa saja. Pertanyaan-pertanyaan apa yang hendak kauajukan kepadaKu?”
Lalu aku mulai bertanya:
“Apa yang paling mengejutkan Tuhan mengenai bangsa manusia?”
Tuhan menjawab:
“Yang paling mengherankan Aku mengenai bangsa manusia adalah
mereka mudah bosan sebagai anak-anak dan mau cepat-cepat menjadi orang dewasa
dan kemudian rindu menjadi anak-anak lagi. Mereka merusak kesehatannya dengan
mengejar uang dan menghabiskan uang itu untuk pengobatan. Mereka terlalu cemas
tentang masa depannya dan melalaikan masa kini sehingga mereka tidak dapat
menikmati dengan baik masa sekarang maupun masa depannya. Mereka menjalankan
hidup seolah-olah tidak akan mati, tetapi mati seakan-akan tidak pernah hidup.”
Setelah itu tangan Tuhan memegang tanganku, lalu kami
berdiam sejenak.
Kemudian aku bertanya kepada Tuhan:
“Pelajaran apa saja yang pantas kami pelajari? Dan selaku
Bapa, Tuhan menghendaki apa yang harus dipelajari anak-anakMu?”
Tuhan menjawab:
“Mereka perlu belajar supaya apa yang paling utama dalam
hidup, bukanlah apa yang mereka miliki, melainkan siapa yang mereka punya dalam
hidupnya. Mereka harus belajar bahwa tidak baik untuk membanding-bandingkan
diri dengan orang lain sebab semua orang akan diadili menurut nilai pribadinya,
bukan sebagai kelompok perbandingannya. Mereka harus belajar bahwa orang kaya
bukanlah orang yang memiliki banyak harta, melainkan orang yang punya
secukupnya untuk kebutuhannya.”
“Mereka harus belajar bahwa waktu berapa menit saja perlu
untuk menyakiti dan melukai hati orang yang mereka cintai padahal mungkin perlu
bertahun-tahun untuk menyembuhkannya.”
“Mereka perlu belajar untuk memaafkan dan mengampuni bahwa
sesungguhnya ada banyak orang yang amat mencintai mereka, namun saja tidak tahu
bagaimana caranya untuk menyatakan itu dan mengekspresikan perasaannya.”
“Mereka perlu belajar bahwa meskipun uang dianggap bisa
membeli segalanya, namun tidak dapat membeli kebahagiaan.”
“Mereka harus belajar bahwa teman yang baik adalah orang yang
mengetahui semua termasuk kekurangan-kekurangan mereka, tetapi tetap
menyukainya.”
“Akhirnya, mereka harus belajar bahwa tidak cukup mereka
menerima pengampunan dari orang lain, melainkan mereka harus mengampuni diri
sendiri.”
Setelah itu Tuhan berhenti berbicara, aku pun duduk diam
sebentar di situ sambil menikmati saatnya. Lalu aku menyampaikan terima kasih
kepada Tuhan atas pertemuan yang indah itu dan juga atas segala berkat yang
telah kuperoleh dari Tuhan.
Kemudian Tuhan berkata:
“AnakKu, kamu boleh datang untuk wawancara denga Aku kapan
saja karena Aku tetap siap 24 jam. Tanya apa saja dan Aku akan menjawab. Hanya
harus kauingat ini:
Orang-orang akan
melupakan apa yang kamu katakan atau apa yang kamu perbuat, tetapi mereka tidak
akan melupakan apa yang kamu lakukan kepadanya untuk membahagiakan mereka.”
Setelah itu, aku pulang dengan bahagia.